Jumat, 20 Januari 2012

Ringkasan Novel Lovasket


Malam ini suasana Gedung Basket Senayan, Jakarta, tampak penuh sesak. Puluhan penonton tampak masuk ke tengah lapangan. Penonton itu sebagian besar adalah supporter tim basket putri SMA Altavia, yang baru saja memastikan dirinya sebagai yang terbaik dalam Turnamen Bola Basket Antar- SMA Se-Jawa-Bali.
Penghuni SMA Altavia kini sedang bergembira karena kemenangan ini di peroleh karena hasil perjuangan berat dan merupakan prestasi tertinggi tim basket SMA Altavia. Kemenangan tim basket putri SMA Altavia tidak luput dari perjuangan Vira. Dalam turnamen ini, Vira menyumbangkan angka terbanyak untuk kemenangan timnya, sehingga gelar Juara Turnamen Bola Basket se-Jawa-Bali di sanding oleh sekolahnya. Selain gelar juara tersebut, Vira juga menyandang predikat sebagai MVP alias pemain terbaik dan Top Score.
Vira merupakan “top girl” di sekolah. Statusnya yang ketua geng putri The Roses, atlet basket andalan sekolah, dan pengurus OSIS bidang olahraga membuatnya jadi “orang paling berpengaruh”, paling tidak di kalangan putri. Belum lagi kedekatannya dengan Robi, putra ketua yayasan yang menaungi SMA Altavia, membuat Vira seakan jadi “Ratu” di sini.
Pesta, clubbing, jalan-jalan di mal, shopping, dan sederet kegiatan fun lainnya merupakan kegiatan rutin The Roses. Geng yang beranggotakan Vira, Stella, Diana, Amel, dan Lisa biasa disebut “penguasa” SMA Altavia. Kelima anggota geng ini mempunyai latar belakang keluarga yang berbeda-beda, dank arena perbedaan itu The Rose dianggap paling powerfull. Geng yang mempunyai motto “BE PARTY, BE HAPPY!” tidak pernah mundur dari acara-acara pesta ulang tahu, yang intinya senang-senang….
Entah bermula darimana, hidup Vira kini berubah karena tuduhan yang di terima oleh Papa Vira, sehingga menyebabkan Papa Vira harus mendekam di balik jeruji besi dengan waktu yang cukup lama, bahkan menyebabkan semua harta keluarganya yang di anggap mahal juga ikut tersita oleh Kejaksaan. Karena peristiwa itu, kini Vira dan Mama-nya harus tinggal di sebuah komplek perumahan yang sederhana di daerah Bandung Timur. Selain nasib yang menimpanya itu, Vira juga terpukul atas apa yang telah di perbuat oleh Stella, Lisa, dan Diana, teman-teman yang dekat dengan nya kini menjauhinya, terkecuali Amel. Bahkan, Amel juga diancam oleh Stella, Lisa dan Diana untuk ikut memusuhi Vira dan sebagai ancamannya bila Amel tidak mau mengikuti kemuan ketiga temannya itu, Amel akan di buat tidak kerasan bila berada di sekolah. Vira kecewa atas perbuatan ketiga sahabatnya yang meninggalkan itu. Vira berpikir dan merasa heran melihat perbuatan mereka. Ketika mereka bersama, suka dan duka mereka bersama – sama, mereka saling menolong dalam kegiatan apapun. Bahkan bila mereka sedang dalam kesusahan sekalipun, Vira tidak segan – segan untuk membantu mereka. Namun, saat-saat seperti ini, saat Vira sedang membutuhkan bantuan, dukungan serta kerjasama dari sahabat – sahabatnya itu, mereka malah meninggalkan dan memusuhi Vira. Karena perbuatan sahabat – sahabatnya itu, Vira berpikir bahwa ungkapan – ungkapan tentang persahabatan yang dulu sering ia dapat dari sahabat – sahabatnya itu adalah BOHONG dan bualan semata. Vira juga berpikir, sahabat macam apa mereka itu? Mereka selalu mementingkan ego masing – masing, mereka juga selalu ingin menang sendiri. Sejak peristiwa tuduhan yang menimpa Papanya serta perbuatan sahabat-sahabatnya, Vira telah berubah. Vira kini menjadi anak yang tertutup, ia juga tidak pernah merawat rambutnya yang kini telah mencapai bahu, selain itu Vira kini juga membenci basket yang sudah mendarah daging dalam diri Vira hingga Vira bertemu dengan Niken, Ketua OSIS di SMA-nya yang baru sekaligus anak seorang penjual krupuk langganan Mama Vira.
Akhir tahun pelajaran ini, SMA 31 akan mengadakan penghapusan ekstra yang ada dan yang dianggap tidak dapat menunjukkan prestasi yang membanggakan sekolah. Kini Niken disibukkan mengadakan penilaian terhadap kegiatan-kegiatan yang ada di SMA 31. Entah mengapa kini Niken sedang berusaha agar ekskul Basket tidak di hapus dari sekolah. Keinginannya untuk menunjukkan kemampuan tim basket SMA 31 itu di perkuatnya dengan rencana keikutsertaan tim basket SMA 31 di Turnamen Bola Basket Antar-SMA Se-Bandung Raya.
Niken yang semula berjanji akan membantu Mama Vira untuk mengembalikan keceriaan putri semata wayangnya itu menggunakan kesempatan ini dengan baik. Niken yang awalnya berusaha untuk mendekati Vira dan selalu mendapat sambutan dingin tidak pantang menyerah. Hampir setiap hari Niken selalu datang ke rumah Vira untuk membujuk Vira agar mau bergabung dengan tim basket SMA 31, tapi berulang kali juga di tolak oleh Vira. Walau berulang kali di tolak oleh Vira, tapi Niken tidak pernah capek untuk lebih dekat dengan cewek yang dianggap misterius di sekolahnya itu. Perjuangan Niken akhirnya membuahkan hasil, kini Vira mulai terbuka terhadap Niken. Suatu sore Vira di minta tolong oleh Mamanya untuk mengantarkan uang ke rumah Niken, sesampainya di rumah Niken, bukan Niken yang dia temui tapi kakak Niken, Kak Aji. Kak Aji kuliah di University of Sydney, Australia.
Sepulangnya dari rumah Niken, Vira bersama Niken melewati lapangan basket yang ada di dekat komplek rumah Vira, Niken berubah arah menuju ke tengah lapangan yang kosong. Di tengah lapangan, Niken mengeluarkan bola basket yang tadi di sembunyikannya di dalam tas ransel yang di bawanya. Niken meminta Vira agar mau mengajarinya bermain basket, tapi permintaannya itu ditolak mentah-mentah oleh Vira, dan meninggalkan Niken sendiri.
Sepulangnya dari rumah Niken, wajah Vira tampak murung. Hal itu membuat Mama Vira penasaran dan mencoba untuk menanyakannya kepada putrinya. Pada kesempatan itu, Mama Vira menceritakan sedikit tentang kehidupan Niken yang jauh lebih menyedihkan daripada kehidupannya saat ini. Mama Vira kagum kepada Niken karena pada saat Niken duduk di bangku SMP, kesusahan yang kini melanda keluarga Vira sebelumnya telah dirasakan oleh Niken, bahkan lebih susah daripada keluarga Vira. Saat itu Ayah Niken ditupu oleh rekan bisnisnya yang menyebabkan semua hartanya disita oleh bank, bukan hanya itu, karena stress Ayah Niken lalu bunuh diri dan itu membuat Niken dan kakaknya terpukul. Namun, lambat laun Niken dapat kembali lagi ceria dan selalu menghadapi hidup ini dengan gembira.
Mendengar cerita tentang keluarga Niken membuat hati Vira tercenung, namun Vira sungguh belum siap untuk kembali menjadi Vira yang dulu. Mamanya juga berpesan bahwa persahabatan sejati itu masih ada, dan kita butuh sahabat untuk membantu kamu. Itu terbukti dari pengalaman Niken sehingga dia bisa melewati masa-masa sulitnya terdahulu., itu semua juga ada sahabat yang selalu membantu mengembalikan semangat hidupnya.
Setelah lama tidak bertemu dengan teman-teman di sekolahnya dulu, kini Vira telah bertemu dengan Amel, Amel memang sahabat satu-satunya yang di miliki oleh Vira yang berasal dari SMA Altavia. Kini, Vira dikagetkan oleh kedatangan Diana, teman yang dulu ikut-ikut mengejek dan merendahkan Vira saat Vira dikeluarkan dari sekolah. Kedatangan Diana ke rumah Vira membuat rasa sakit hati yang belum juga hilang itu terkelupas dan mengingatkan Vira akan kejadian di SMA Altavia. Vira sempat merasa heran akan kedatangan Diana ke rumahnya yang hanya untuk mengatakan bahwa dia “hamil”. Mengapa Diana tidak datang ke tempat sahabat-sahabatnya, Stella dan Lisa, justru Diana datang kepada Vira yang jelas-jelas bukan sahabatnya lagi.
Saat Diana datang kepada Stella dan Lisa, justru bukan jawaban yang tepat yang didapatkan oleh Diana. Justru jawaban yang tidak menyelesaikan masalah dan membantu. Stella dan Lisa hanya berteman pada saat mereka bersenang-senang saja dan giliran temannya susah, mereka tidak pernah mau membantu dan tidak ingin tahu. Bayangkan saja betapa kejamnya Stella dan Lisa, mereka berdua menyuruh Diana untuk aborsi. Mendengar itu semua, hati Vira yang tadi sedingin es batu berubah menjadi rasa belas kasihan. Hal yang lebih mengagetkan lagi adalah saat ditanya siapa Ayah dari anak yang dikandung oleh Diana, Diana tidak dapat menjawabnya bahkan dia bingung harus mengatakan siapa saja pria yang dekat dengannya.
Setelah kedatangannya di hari Minggu, Vira tidak pernah lagi mendengar kabar tentang kehamilan Diana. Hingga suatu pagi Vira di kagetkan oleh telepon yang berasal dari Diana. Di telepon tersebut, Diana dituduh telah mempermalukan nama baik sekolah dan karena hal itu Diana mempunyai niat untuk lebih mempermalukan sekolahnya itu. Kata-kata Diana di akhir telepon membuat Vira heran dan penasaran. Keheranan yang ada di benak Vira terjawab sudah, setelah menelpon Vira, HP Diana dilempar dulu ke bawah dan barulah dirinya menyusul HPnya, dengan terjun ke bawah. Kematian Diana membuat Vira terpukul dan menganngap ini semua karena sikapnya yang tak acuh saat Diana datang kepadanya, hingga Vira mengurung dirinya selama 2 hari di kamarnya. Diana merupakan anggota The Roses yang paling dekat dengan Vira setelah Amel. Tapi betapa beruntungya Vira saat mendengar bahwa Diana menunjuk dia sebagai sahabat terbaiknya.
Suatu sore, Niken berada sendirian di lapangan basket dekat rumanhnya, dia berusaha berlatih basket sendiri karena Vira tidak mau mengajarinya. Saat dia akan melempar bola, tiba-tiba terdengar suara Vira yang memberikan instruksi cara melempar bola ke ring. Niken yang kaget kini tercengang melihat kedatangan Vira. Hati Niken begitu gembira, karena Vira mau bergabung bersama tim basket SMA 31.
Anak-anak basket SMA 31 terkejut dengan kedatangan Vira, karena rambut Vira yang panjang telah di potongnya menjadi pendek. Karena rambut baru nya, wajah Vira tampak lebih fresh dan membuatnya kelihatan lebih tinggi dan langsing. Masuknya Vira sebagai tim inti basket cewek mengundang protes dari kapten tim dan beberapa anak lain. Mereka tidak terima Vira bergabung dengan tim basket tidak melalui seleksi, namun semua anggota tim basket tercengang saat melihat kemampuan Vira yang mempunyai skill tinggi itu memasukkan bola ke dalam ring dengan mulus. Sejak latihan hari itu, Vira kembali menjadi dirinya yang dulu dan membantu tim basket SMA 31 menghadapi lawan-lawan di pertandingan persahabatan yang tidak pernah di ungguli oleh SMA 31.
Dengan bergabungnya Vira di dalam tim basket SMA 31, Vira menjadi dekat dengan ketua tim basket SMA 31, Rei. Sekembalinya Vira ke dunia basket membuat Vira dapat pulih seperti Vira yang dulu. Selain itu, untuk mengasah kemampuannya bermain basket, setiap malam minggu Vira bersama dengan Rei mengikuti pertandingan streetball. Awalnya Vira agak kurang yakin dengan permainan ini karena sebelumnya ia belum pernah mencobanya dan agak kagok karena ia harus bermain bersama cowok, namun lama kelamaan Vira menyukai permainan itu hingga Vira dapat menjadi favorit penonton di permainan ini. Hampir setiap malam minggu Vira dan Rei bermain streetball, dan entah dari siapa Niken mengetahui hal itu dan ia menunjukkan sikap yang aneh di depan teman-teman.
Suatu sore, tim basket SMA 31 melakukan pertandingan persahabatan antara SMA 23, sebagai tuan rumah. Dalam pertandingan ini SMA 31 unggul daripada SMA 23 dengan skor yang cukup baik, tapi kemenangan tim SMA 31 mendapat sambutan yang tidak baik dari anggota tim. Perpecahan terjadi diantara Vira dan Rida, sebagai kapten tim basket cewek yang tidak terima karena Rei lebih membela Vira sebagai anak baru daripada Rida. Sejak pertandingan itu, Vira dan Rei telah menyusun rencana tentang keikutsertaan tim basket sekolah mereka dalam Turnamen Bola Basket Antar-SMA Se-Bandung Raya. Karena pertengkaran antara Vira dan Rida tak kunjung reda, Vira memberanikan diri untuk datang ke rumah Rida. Kedatangan Vira ke rumah Rida mendapat sambutan dingin dari Rida, tapi Vira tetap memaksa Rida agar Rida mau ikut dengannya ke tempat yang dulu biasa dia datangi saat masih menjadi anggota terbaik tim basket SMA Altavia.
Vira dan Rida kini telah berada di C-Tra Arena, GOR yang biasa digunakan oleh anak-anak SMA Altavia untuk latihan bermain basket. Dan kebetulan saat mereka datang, tim basket putri SMA Altavia sedang mengadakan latihan dan ini merupakan kesempatan yang baik yang akan ditunjukkan Vira kepada Rida. Vira dan Rida cukup berhati-hati memilih tempat duduk agar tidak ada anak SMA Altavia yang mengetahui kedatangannya. Namun keberuntungan sedang tidak ada di pihak Vira, saat mereka berdua akan meninggalkan arena, Vira dan Rida bertemu dengan Stella dan Lisa. Dengan keangkuhannya, Stella yang berniat mengajak bertanding Vira 1 on 1 , tawaran itu diterima oleh Vira karena Vira ingin menyelamatkan Rida. Betapa terkejutnya para pemain SMA Altavia, karena Vira yang selalu unggul diatas dari Stella tiba-tiba dapat di kalahkan oleh Stella, semuanya terjadi karena Vira hanya ingin mengalah saja.
Pertandingan yang dilihat oleh Rida, antara Stella dan Vira, membuat Rida dan teman-temannya mau kembali berlatih untuk persiapan mengikuti turnamen yang akan berlangsung tidak lama lagi. Untuk pertandingan kali ini tim basket menyiapkannya dengan sungguh-sungguh, karena mereka berharap akan memberikan prestasi yang membanggakan dan ekskul basket tidak jadi di hapus.
Akhirnya pertandingan pun tiba….
Dengan masuknya Vira sebagai anggota tim basket, SMA 31 dapat lolos hingga babak Final Four dan SMA “pinggiran” itu termasuk yang di sukai oleh para penonton. Permainan mereka yang pertama cukup indah dan dapat memukau penonton yang hadir, dan bila giliran SMA 31 yang bertanding, bangku penonton selalu penuh. Di pertandingan ini, Vira bertugas untuk memberikan strategi sekaligus sebagai pelatih untuk tim cewek. Vira juga selalu berubah-ubah posisi, karena ucapan Vira dalam memberikan pengarahan maka tim basket putri SMA 31 dapat mencetak prestasi jauh lebih tinggi daripada tim cowok, berkat Vira juga hari-hari berikutnya terasa lebih mudah di bandingkan hari sebelumnya.
Usai pertandingan, seperti biasa Vira diantar pulang oleh Rei. Sesampainya di depan rumah, Vira kaget karena yang ada di hadapannya bukan sang Mama, tapi sang Papa. Betapa bahagianya Vira karena Papa nya terbukti tidak bersalah sehingga semua harta keluarga Papanya dapat kembali seperti dulu, termasuk semua barang-barang kesayangan Vira yang ikut tersita. Karena kabar gembira itu, keluarga Vira segera meninggalkan rumah untuk pindah ke rumah lamanya. Teman-teman Vira tidak ada yang tahu tentang kebahagiaan yang sedang di rasakan oleh Vira, termasuk Niken. Karena Vira tidak masuk sekolah, Niken berniat untuk mengunjungi Vira, tapi yang di dapatinya hanya rumah Vira yang tak berpenghuni.
Kedatangan sebuah sedan Peugeot 307 membuat Niken kaget apalagi setelah dia tahu siapa remaja yang berada di balik kemudi mobil itu, Vira. Niken yang masih kaget, diajaknya pergi menuju sebuah komplek perumahan yang mewah, atau ke rumah Vira yang lama.
Pertandingan kembali dilaksanakan, kali ini mengambil lokasi di C-Tra Arena. Pertandingan kali ini tidak berlangsung seperti hari-hari sebelumnya, tim SMA 31 tampak gugup karena baru pertama kalinya mereka menginjakkan kaki di lapangan yang mewah itu, terkecuali Rida yang pernah diajak Vira untuk melihat permainan tim putri SMA Altavia. Vira yang awalnya tidak sadar akan kegugupan timnya itu, kini tengah sibuk memberikan semangat dan dorongan agar mental teman-temannya itu kembali pulih dan kembali percaya diri, sehingga mereka dapat bermain dengan baik seperti di pertandingan sebelumnya. Saat SMA 31 sedang bertanding, mereka tidak sadar bahwa ada yang mengamati permainan mereka. Stella bersama Lisa sengaja datang untuk menyaksikan permainan mantan sahabatnya sekaligus sebagai musuh dan saingannya di lapangan. Stella tercengang melihat stamina Vira yang jauh lebih kuat darinya, karena Vira bermain individual sejak quarter pertama. Melihat itu, Stella baru sadar kalau saat melawannya kemarin, Vira sengaja mengalah, dan tiba-tiba Stella mengajak Lisa pulang dan sudah dapat ditebak bahwa SMA 31 akan berhadapan dengan SMA Altavia, mantan sekolahnya dulu, dengan begitu Stella juga akan berhadapan dengan Vira.
Di luar dugaan Vira, malam hari setelah pertandingan usai, Robi datang untuk meminta maaf kepada Vira. Tidak mudah bagi Vira untuk memaafkan mantan kekasihnya itu, apalagi setelah dia ingat apa yang dilakukan Robi terhadap dirinya, Robi hampir saja memperkosa Vira dan mempermalukannya di hadapan umum. Belum lagi perbuatannya yang dilakukan kepada sahabatnya, Diana, Vira jelas tidak bisa memaafkannya. Kedatangan Robi telah menggariskan sedikit gambaran akan maksud yang sebenarnya.
Hari ini puncak pertandingan turnamen basket. Ini bukan hanya sekedar pertandingan untuk memperebutkan gelar juara, tapi lebih merupakan “pertempuran” dari dua sekolah yang berbeda 180derajat satu sama lain. SMA Altavia mewakili sekolah mewah yang ada di pusat kota, sedangkan SMA 31 yang terletak di pinggiran kota mewakili sebagian besar sekolah yang ada di Indonesia. Selain itu, pertandingan ini juga merupakan pertarungan pribadi antara dua pemain yang dapat disebut sebagai pemain basket SMA terbaik di Bandung, Stella Winchest dari SMA Altavia dan Savira Priskila dari SMA 31. Pertandingan ini sekaligus untuk membuktikan siapa yang pantas disebut “Best of the Best”.
Walau pertandingan baru akan di mulai pukul tiga sore, dua jam sebelum pertandingan C-Tra Arena sudah mulai dipadati oleh penonton. Pertandingan hampir dimulai, namun Vira belum juga muncul, anggota tim mulai panik karena Vira yang dianggap sebagai pengatur strategi belum kunjung datang. Niken yang ngos-ngosan membagikan selebaran tentang strategi yang ditulis Vira untuk menghadapi SMA Altavia, tak lupa Niken juga menyampaikan kalau Vira datang terlambat karena ia ada urusan. Pertandingan dimulai. Stella yang tengah bersiap-siap di pinggir lapangan heran karena dia tidak melihat Vira, musuhnya. Walau ragu tim SMA 31 tetap melanjutkan perjuangannya yang telah masuk final. Sayang, kekuatan tim SMA 31 tanpa Vira berkurang drastis namun tanpa Vira, Rida dan teman-teman tetap mengikuti strategi yang telah di berikan oleh Vira, yang telah benar-benar paham dengan kemampuan lawannya. Diakhir quarter kedua para penonton menjadi ribut dan bertepuk tangan saat melihat Vira memasuki lapangan.
Vira terlambat datang bukan karena dia tidak mau melawan sekolahnya yang dulu, tapi karena dia harus bertemu dengan Stephanie, salah seorang alumnus SMA Altavia yang mengerti benar sifat Robi. Dalam kesempatan itu, Stephanie menceritakan apa yang diperbuat oleh Robi agar tim basket sekolahnya tetap unggul dari sekolah-sekolah lain. Rupanya untuk memperoleh kemenangan itu, Robi selalu berbuat curang dengan menghubungi salah satu dari pemain lawan yang dianggap paling berpengaruh dan membuat penawaran agar pemain lawannya itu tidak datang atau bermain jelek dengan imbalan uang atau sesuatu yang tidak mungkin di tolak. Ternyata bukan dengan orang lain saja Robi berbuat seperti itu, Robi juga melakukan hal tersebut kepada Vira yang memang mempunyai pengaruh besar dalam timnya. Robi memberikan penawaran kepada Vira berupa janji, janji untuk menerima kembali Vira di SMA Altavia dengan imbalan Vira tidak boleh datang ke pertandingan. Karena Stephanie tidak ingin menanggung malu almamaternya, dia menceritakan hal itu kepada Vira.
Kini pertandingan berjalan semakin panas karena SMA 31 masuk dengan formasi yang sungguh baik. Dengan masuknya Vira, Stella kembali semakin panas dan bersiap memasang kuda-kuda untuk memberikan perlawanan kepada Vira. Vira yang sudah siap berjalan ketengah lapangan dengan penuh ketenangan dan membuat para penonton bersorak keras, teman-teman timnya juga berharap agar Vira membuat keajaiban sore itu. SMA 31 dapat memperkecil ketinggalannya, dengan posisi Vira yang selalu berubah-ubah, mereka dapat menyamakan kedudukan dan mampu membuat tim SMA Altavia merasa heran akan kemampuan Vira yang semakin menonjol.
Memasuki quarter keempat, Vira benar-benar menjadi sasaran tembak pemain SMA Altavia. SMA Altavia menggunakan segala cara untuk lebih unggul dari SMA 31. Menghantam Vira, menendang kaki kanan Vira, dan kecurangan-kecurangan lain yang membuat Vira terluka, juga mereka gunakan. Stella yang tahu betul seberapa kemapuan Vira memberikan perintah agar pemain tim nya menendang kaki kanan Vira, yang konon pernah terluka dan Vira pernah mendapat larangan agar tidak melakukan olahraga basket, tapi semua itu tidak dipatuhinya. Mengetahui hal itu semua tim SMA 31 tidak terima sehingga menimbulkan sedikit keramaian di tengah pertandingan.
Lagi-lagi SMA Altavia berbuat curang. Kini bukan hanya Vira saja yang menjadi sasaran tetapi semua anggota tim SMA 31, yang lebih mengherankan wasit tidak mengetahui kekerasan yang di lakukan tim lawan… Masuknya Deby sempat membuat pemain lawan kaget karena sebelumnya Deby tidak diikut sertakan dalam pertandingan. Benar kata Vira, Deby sangat membantu dan akan bermain disaat yang kita butuhkan seperti sekarang ini. Tak terasa pertandingan yang mendebarkan itu kini telah berakhir.
Dengan hasil terakhir pertandingan, para penonton telah dapat memastikan siapa yang menjadi juara. Tapi sebelum penyerahan piala dan medali, panitia akan memberikan pengumuman untuk gelar Top Scorer dan MVP. Gelar Top Scorer telah jelas di raih oleh Stella, tapi gelar MVP diterima oleh Vira dari SMA 31. Tidak ada yang menyangka bahwa Vira akan berjalan menuju kearah kubu pertahanan lawan dan menghampiri Amel serta menyerahkan piala tersebut kepada Amel supaya diserahkan kepada keluarga Diana, karena bagi Vira kemenangannya menjadi MVP berkat Diana yang tanpa Diana Vira tidak akan pernah tahu arti persahabatan yang sesungguhnya serta mengajarkan Vira untuk lebih menghargai hidup. Mendengar ucapan Vira, kubu SMA Altavia terdiam dan tak bergeming sama sekali, mereka terpukau atas apa yang telah di katakan oleh Vira.
Sekarang tiba saatnya penyerahan piala untuk tim pemenang. Juara ketiga diraih tim SMA 2. Runner-up tahun ini jatuh kepada SMA 31 utuk basket putrinya, Rida memasuki lapangan dan menerima piala tersebut dengan hati bangga. Baru saja Vira menerima piala tersebut dan telah terdengar suara tepuk tangan yang aneh dan itu berasal dari kubu SMA Altavia. Mereka semua tersadar bahwa yang telah dilakukannya tadi sangat menyimpang dari nilai-nilai sportivitas dan menghalalkan segala cara untuk meraih kemenangan. Berbeda dengan usaha keras yang dilakukan oleh tim SMA 31, mereka melakukan semua itu dengan penuh kerja keras, bahkan sampai mereka diserang dengan hal yang curang mereka tetap bermain sportif. Karena tepuk tangan yang diberikan kubu SMA Altavia, suasana gedung C-Tra Arena menjadi seperti suasana saat lebaran dan mereka melupakan “dokrin” yang ada diantara mereka.
Tugas Vira untuk membantu tim basket agar tidak di hapus telah selesai, namun Vira masih mempunyai tugas yang harus segera ia selesaikan. Dua hari setelah pertandingan itu, Vira membantu Rei untuk mengutarakan isi hatinya kepada Niken. Tugasnya kali ini tidaklah berat, dan kini semua telah usai. Cinta terpendam Niken dan Rei telah dipersatukan. Seusai melaksanakan tugasnya itu, Vira langsung pergi meninggalkan Niken dan Rei dan menuju ke mobilnya.
Liburan semester telah usai, tahun ajaran baru telah berjalan selama seminggu dan sampai hari ini pun belum ada tanda-tanda kehadiran Vira di SMA 31. Karena kehadiran Vira tak kunjung datang, gossip kepindahannya ke sekolahnya yang lama telah tersebar seantero sekolah. Niken yang penasaran lalu mendatangi petugas Tata Usaha bagian administrasi siswa, jawaban dari petugas itu membuat lega hati Niken. Akhirnya semua anak SMA 31 merasa lega karena Vira masih berkenan sekolah di SMA pinggiran.
Pertanyaan siswa SMA 31 terjawab sudah. Bagi Vira, sekolah yang baik adalah sekolah yang mampu memberikan perlindungan, kenyamanan, hingga membuat murid-muridnya bisa belajar dengan tenang, merasa betah dan bangga sekolah di situ. SMA yang dianggap terbaik adalah SMA 31, bukan SMA Altavia.
Saat jam istirahat Niken kembali ngobrol dengan Vira tentang ketidakhadiran Vira di minggu lalu. Keceriaan yang dulu sempat hilang kini telah benar-benar tersirat di wajah Vira, bukan hanya itu tapi SMA 31 juga akan kedatangan murid pindahan yang merasa bahwa SMA 31 ini merupakan sekolah yang benar-benar memberikan kenyamanan serta perlindungan kepada muridnya. Amel, sahabat Vira memutuskan untuk pindah ke sekolah Vira dan Niken. Vira kembali bercerita tentang liburannya di Australia. Kepergian Vira ke Australia bukan hanya untuk bersenang-senang, tapi juga untuk pedekate ke cowok yang sekarang menjadi kekasihnya itu.
Niken yang ingin tahu siapa cowok Vira itu mendesak Vira untuk memberitahukannya. Dan yang tidak disangka oleh Niken adalah, cowok yang di maksud oleh Vira adalah Kak Aji, Kakak Niken yang mendapat beasiswa di Sydney……. Kebahagiaan pun menghiasi wajah Vira yang telah lama murung……………………….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Artikel Lainnya:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...