Surabaya (beritajatim.com)--Pesawat terbang kembali jatuh di kawasan Gunung Salak, Jabar. Pesawat nahas itu adalah Sukhoi Superjet100, pesawat penumpang produksi satu perusahaan pembuat pesawat terbang dari negeri Beruang Merah (Rusia). Jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet100 di gunung tersebut menambah jumlah pesawat yang rontok di kawasan tersebut.
Data Wikipedia menyebutkan, Gunung Salak memiliki ketinggian 2.221 meter dari permukaan air laut. Gunung Salak merupakan sebuah gunung berapi yang terdapat di Pulau Jawa. Gunung ini mempunyai beberapa puncak, di antaranya Puncak Salak I dan Salak II. Letak astronomis puncak gunung ini ialah pada 6°43' LS dan 106°44' BT. Tinggi puncak Salak I 2.211 m dan Salak II 2.180 m dpl. Ada satu puncak lagi bernama Puncak Sumbul dengan ketinggian 1.926 m dpl.
Gunung berapi yang berada di wilayah administratif Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor, Jawa Barat itu diselimuti kawasan hutan yang cukup lebat. Pengelolaan kawasan hutan gunung ini semula berada di bawah Perum Perhutani KPH Bogor. Tapi, sejak 2003 menjadi wilayah perluasan Taman Nasional Gunung Halimun, kini bernama Taman Nasional Gunung Halimun-Salak.
Dalam mapping gunung berapi di Indonesia, Gunung Salak merupakan gunung api strato tipe A. Sejak tahun 1600-an tercatat terjadi beberapa kali letusan, di antaranya rangkaian letusan antara 1668-1699, 1780, 1902-1903, dan 1935. Letusan terakhir terjadi pada tahun 1938, berupa erupsi freatik yang terjadi di Kawah Cikuluwung Putri.
Gunung Salak dapat didaki dari beberapa jalur pendakian. Puncak yang paling sering didaki adalah puncak II dan I. Jalur yang paling ramai adalah melalui Curug Nangka, di sebelah utara gunung. Melalui jalur ini, orang akan sampai pada puncak Salak II. Puncak Salak I biasanya didaki dari arah timur, yakni Cimelati dekat Cicurug. Salak I bisa juga dicapai dari Salak II, dan dengan banyak kesulitan, dari Sukamantri, Ciapus.
Jalur lain adalah ‘jalan belakang’ lewat Cidahu, Sukabumi, atau dari Kawah Ratu dekat Gunung Bunder. Selain itu, Gunung Salak lebih populer sebagai ajang tempat pendidikan bagi klub-klub pecinta alam, terutama sekali daerah punggungan Salak II.
Hutan di kawasan Gunung Salak terdiri dari hutan pegunungan bawah (submontane forest) dan hutan pegunungan atas (montane forest). Bagian bawah kawasan hutan, semula merupakan hutan produksi yang ditanami Perum Perhutani. Beberapa jenis pohon yang ditanam di sini adalah tusam (Pinus merkusii) dan rasamala (Altingia excelsa). Terdapat pula jenis-jenis pohon puspa (Schima wallichii), saninten (Castanopsis sp.), pasang (Lithocarpus sp.), dan aneka jenis huru (suku Lauraceae).
Selain itu, aneka margasatwa ditemukan di lereng Gunung Salak, mulai dari kodok dan katak, reptil, burung hingga mamalia. Kajian D.M. Nasir (2003) dari jurusan KSH Fakultas Kehutanan IPB, mendapatkan 11 jenis kodok dan katak di lingkungan S. Ciapus Leutik, Desa Tamansari, Kabupaten Bogor. Jenis-jenis itu ialah Bufo asper, B. melanostictus, Leptobrachium hasseltii, Fejervarya limnocharis, Huia masonii, Limnonectes kuhlii, L. macrodon, L. microdiscus, Rana chalconota, R. erythraea dan R. hosii.
Berbagai jenis reptil, terutama kadal dan ular, terdapat di gunung ini. Beberapa contohnya adalah bunglon Bronchocela jubata dan B. cristatella, kadal kebun Mabuya multifasciata dan biawak sungai Varanus salvator. Jenis-jenis ular di Gunung Salak belum banyak diketahui, namun beberapa di antaranya tercatat mulai dari ular tangkai (Calamaria sp.) yang kecil pemalu, ular siput (Pareas carinatus) hingga ular sanca kembang (Python reticulatus) sepanjang beberapa meter.
Di gunung ini juga ditemukan beberapa jenis mamalia penting, seperti macan tutul (Panthera pardus), owa jawa (Hylobates moloch), surili (Presbytis comata) dan trenggiling (Manis javanica).
Sementara itu, paranormal dan produser film Ki Kusumo bicara mengenai kecelakaan pesawat Sukhoi yang jatuh Rabu (9/5/2012) di Gunung Salak. Menurut Ki Kusumo, Gunung salak angker.
"Indonesia punya areal yang memang punya daya magnetik yang besar. Kalau penduduk sekitar (Gunung Salak) bilangnya angker, kita harus percaya itu. Banyak banget orang atau kendaraan yang hilang. Dan bukan sekali saja," kata Ki Kusumo saat dihubungi Kamis (10/5/2012).
Menurut produser film The Police, bagi orang awam mungkin tidak percaya dengan adanya daya hisap bumi. Namun, bintang film Rantai Bumiini yakin ada hal mistis di tempat jatuhnya pesawat. "Saya melihat ini adalah dari daya hisap bumi yang kuat. Kalau alasan human error itu sudah biasa. Apalagi pesawat Sukhoi kan pesawat baru yang promo. Jadi pasti yang paling bagus, nggak mungkin ada kerusakan," katanya.
"Jadi saya menilai ada faktor mistis di wilayah jatuhnya pesawat tersebut. Apalagi Indonesia punya latar mistis yang kuat, dan punya tempat yang kuat secara mistis juga," lanjut Ki Kusumo.
"Makanya pemerintah harus mencari semua korban hingga ketemu. Selanjutnya membuat konteks ilmiah terhadap tempat-tempat yang punya daya magnet kuat, kalau mereka meragukan hal gaib. Bagi saya, masalah gaib itu tak terlepas dari kehidupan manusia, jadi jangan dianggap remeh," tegasnya. [air]
Sumber : Inilah.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar