Senin, 14 Mei 2012

Jibaku Tim Evakuasi Sukhoi: Tidur di Dinding Jurang

TEMPO.CO , BOGOR:– Beratnya medan untuk mencapai reruntuhan pesawat Sukhoi Superjet 100 membuat tim pencari menggunakan berbagai cara. Bahkan nyawa pun mereka pertaruhkan demi mencapai lokasi jenazah korban yang berserakan di jurang Gunung Salak, Bogor.



Satu tim, misalnya, terpaksa tidur bergelantungan di dinding jurang saat malam tiba lantaran tali untuk menuruni jurang tak cukup panjang. "Mereka telanjur turun. Mau naik susah, turun ke dasar jurang pun berisiko celaka," kata Panglima Komando Daerah Militer Siliwangi Mayor Jenderal Sonny Wijaya di Kampung Pasir Pogor, Cijeruk, Sabtu 12 Mei 2012.

Tim gabungan Tentara Nasional Indonesia, Badan Search and Rescue Nasional, serta relawan pendaki gunung berupaya menuruni jurang terjal sedalam 500 meter itu. Namun mereka hanya mampu menempuh jarak separuhnya karena tali dan alat pengaman tak memadai. Untuk mencapai dasar jurang, Sonny mengatakan akan menyambung tali hingga cukup untuk turun dengan selamat. Upaya ini dilakukan oleh tujuh anggota Komando Pasukan Khusus Angkatan Darat. (baca:Tali Pendek, Tim Evakuasi Sukhoi Tidur Gelantungan  )

Perjuangan menaklukkan jurang juga dituturkan Raden Mas Bagus Satria. Kemarin petang, anggota Palang Merah Indonesia Kabupaten Bogor yang berusia 22 tahun ini baru saja tiba dari Puncak Salak Satu. Bersama 286 anggota tim lainnya, pria berperawakan kecil itu harus berjuang keras melewati jalur terjal dan curam.



Namun sayang, Bagus dan sejawatnya tak mampu mencapai "kuburan" Sukhoi karena dihadang lembah curam sedalam 400 meter dengan kemiringan 80 derajat. Tali yang mereka bawa jelas tak cukup panjang. Maka, mereka memutuskan menginap, sedangkan sebagian yang lain, termasuk Bagus, kembali ke pusat operasi di Cipelang untuk mencari logistik dan peralatan tambahan. (baca:Jalur Terjal Menuju 'Kuburan' Shukoi )
Tak cuma menuruni jurang, sebagian tim penyelamat mencoba mengevakuasi korban melalui jalan lain. Seorang relawan lokal, Didik Mutaqin, mengaku potong kompas dengan cara menuruni tebing sedalam 50 meter Jumat lalu. Upaya ini ia lakukan bersama 30 anggota TNI dari Batalion Infanteri Kostrad, Pasukan Khas Angkatan Udara, dan marinir. Tanpa tali dan peralatan lain yang memadai, mereka menyusuri jurang dengan bergelantungan di akar pohon. "Saat sampai di dasar, tercium bau bangkai," katanya.

Didik pun melihat puing pesawat dalam potongan besar berserakan di dasar lembah. Sebagian puing pesawat ambles dan tertutup tanah. Yang terlihat utuh hanya bagian roda. Ia juga melihat sejumlah jenazah di sekitarnya. Dengan penerangan seadanya, tim penyelamat bermalam di dekat reruntuhan pesawat dan jenazah para korban. "Kondisi jasad rata-rata tak utuh lagi," ujar pria 32 tahun itu.

Sampai kemarin sore, sebagian besar tim penyelamat belum bisa turun ke dasar lembah karena kondisi yang terlampau gelap. Komandan Landasan Udara Atang Sanjaya, Marsekal Pertama Tabri S., menyatakan evakuasi lewat udara akan dilanjutkan hari ini jika kondisi cuaca baik. Terakhir tim gabungan berhasil mengevakuasi 16 kantong yang berisi potongan tubuh korban.

ARIHTA U SURBAKTI | ANGGA SUKMA WIJAYA | SUBKHAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Artikel Lainnya:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...