Selasa, 06 Maret 2012

Kumpulan Cerita Rakyat dari Pembaca Yahoo!

Seberapa dalamkah pengetahuan kamu mengenal daerahmu sendiri?  Mulai dari sejarah penting di daerah tersebut hingga ke cerita rakyat yang secara turun-temurun diceritakan oleh kakek dan buyut kita. Masih ingatkah kamu dnegan cerita-ceritanya?

Beberapa waktu yang lalu, Yahoo! Indonesia sempat mengajak pembacanya untuk membagikan cerita rakyat di daerah tempat tinggal mereka.

Yahoo! menemukan beragam cerita menarik yang mereka kirimkan. Dan jika kamu masih ingin berpartispasi untuk mengirimkan cerita rakyat di daerahmu kirimkan di sini ya.

Dan inilah dua cerita yang ikut berpartispasi:

1.    Asal  Mula Surabaya
dikirimkan oleh Zhie Zhie
Suatu hari, datanglah seekor ikan hiu ke sungai Kalimas. Hiu bernama Sura itu memasuki wilayah kekuasaan Buaya. Sura menyatakan diri sebagai raja di sungai Kalimas. Sura tidak lebih baik dari Buaya. Sura juga meminta agar semua makhluk air di sungai Kalimas memberi persembahan kepadanya.
Merasa ada penyusup yang menduduki wilayahnya, Buaya menjadi marah. Buaya menjadi murka. Dia mendatangi Sura. Dia mengusir Sura. Dia menyuruh Sura untuk meninggalkan sungai Kalimas. Sura tidak memperdulikan Buaya. Dia ingin menjadi penguasa sungai Kalimas. Dia menantang Buaya untuk memperebutkan wilayah kekuasaan. Buaya menanggapi tantangan Sura. Mulailah mereka terlibat dalam suatu perkelahian.
Sura dan Buaya berkelahi dengan sangat seru. Air sungai Kalimas bergolak hebat. Sura dan Buaya saling menyerang, saling menggigit. Darah mereka membuat warna air sungai menjadi merah. Jembatan di atas sungai itu juga menjadi merah terkena darah mereka. Perkelahian itu berlangsung berhari-hari.
Banyak orang menyaksikan perkelahian itu. Mereka bukan hanya penduduk di sekitar sungai Kalimas, mereka juga datang dari beberapa daerah yang cukup jauh.

“Mau ke mana kamu?” tanya seorang petani kepada serombongan orang yang sedang berjalan dengan tergesa-gesa.
“Kami mau melihat Sura dan Buaya berkelahi,” jawab mereka.
“Apa? Sura dan Buaya berkelahi? Di mana?”
“Di sungai Kalimas,” jawab mereka
“Aku ikut,” kata petani itu.
Tetapi orang-orang itu sudah berada jauh darinya.
Petani itu pulang dan berkata kepada isterinya, “Aku mau melihat Sura dan Buaya berkelahi.”
“Aku ikut,” kata isterinya.
Ketika para tetangga melihat kepergian suami-isteri ini, mereka juga tertarik untuk pergi menyaksikan perkelahian Sura dan Buaya. Maka, seisi kampung pergi bersama menuju tempat perkelahian antara Sura dan Buaya.
Ketika mereka melewati sebuah kampung, penduduk kampung itu ingin tahu kemana mereka pergi.
“Suro Boyo,” jawab mereka sambil berjalan tergesa-gesa.
Penduduk kampung itupun pergi ke ‘suro boyo’ yaitu tempat Sura dan Buaya berkelahi, di sungai Kalimas. Di sana, orang-orang saling berdesakan menyaksikan perkelahian itu.

Sementara itu, perkelahian telah berlangsung selama satu minggu. Perkelahian itu membuat Buaya kehabisan tenaga. Sura juga sangat kelelahan. Mereka menderita luka-luka. Tetapi, tak ada yang mau mengalah. Setelah beristirahat sejenak, mereka kembali saling menyerang. Mereka mengerahkan sisa-sisa tenaga, melancarkan serangan yang mematikan. Sura terkapar, tak bergerak. Buaya tergeletak, tak bergerak. Sura dan Buaya sama-sama mati. Sampyuh*)
Tempat di mana Sura dan Buaya berkelahi itu kemudian diberi nama Suroboyo (Surabaya). Jembatan di atas sungai Kalimas - yang menjadi merah karena darah Sura dan Buaya - itu disebut Jembatan Merah. Kemudian hari, Suroboyo (Surabaya) menjadi sebuah kota dagang dengan daerah sekitar Jembatan Merah sebagai pusat kota. Seiring berjalannya waktu, Suroboyo berkembang ke arah selatan.

2.    Suri Ikun dan Dua Burung ( Nusa Tenggara Timur )
Dikirimkan oleh: Elfa

Pada zaman dahulu, di pulau Timor hiduplah seorang petani dengan isteri dan empat belas anaknya. Tujuh orang anaknya laki-laki dan tujuh orang perempuan. Walaupun mereka memiliki kebun yang besar, hasil kebun tersebut tidak mencukupi kebutuhan keluarga tersebut. Sebabnya adalah tanaman yang ada sering dirusak oleh seekor babi hutan.

Petani tersebut menugaskan pada anak laki-lakinya untuk bergiliran menjaga kebun mereka dari babi hutan. Kecuali Suri Ikun, keenam saudara laki-lakinya adalah penakut dan dengki. Begitu mendengar dengusan babi hutan, maka mereka akan lari meninggalkan kebunnya. Lain halnya dengan Suri Ikun, begitu mendengar babi itu datang, ia lalu mengambil busur dan memanahnya.

Setelah hewan itu mati, ia membawanya kerumah. Disana sudah menunggu saudara-saudaranya. Saudaranya yang tertua bertugas membagi- bagikan daging babi hutan tersebut. Karena dengkinya, ia hanya memberi Suri Ikun kepala dari hewan itu.

Sudah tentu tidak banyak daging yang bisa diperoleh dari bagian kepala. Selanjutnya, ia meminta Suri Ikun bersamannya mencari gerinda milik ayahnya yang tertinggal di tengah hutan. Waktu itu hari sudah mulai malam. Hutan tersebut menurut cerita di malam hari dihuni oleh para hantu jahat.
Dengan perasaan takut iapun berjalan mengikuti kakaknya. Ia tidak tahu bahwa kakaknya mengambil jalan lain yang menuju kerumah. Tinggallah Suri Ikun yang makin lama makin masuk ke tengah hutan. Berulang kali ia memanggil nama kakaknya. Panggilan itu dijawab oleh hantu-hantu hutan.

Mereka sengaja menyesatkan Suri Ikun. Setelah berada ditengah- tengah hutan lalu, hantu-hantu tersebut menangkapnya. Ia tidak langsung dimakan, karena menurut hantu-hantu itu ia masih terlalu kurus. Ia kemudian dikurung ditengah gua. Ia diberi makan dengan teratur.

Gua itu gelap sekali. Namun untunglah ada celah disampingnya, sehingga Suri Ikun masih ada sinar yang masuk ke dalam gua. Dari celah tersebut Suri Ikun melihat ada dua ekor anak burung yang kelaparan. Iapun membagi makanannya dengan mereka.

Setelah sekian tahun, burung- burung itupun tumbuh menjadi burung yang sangat besar dan kuat. Mereka ingin mem- bebaskan Suri Ikun.

Pada suatu ketika, hantu-hantu itu membuka pintu gua, dua burung tersebut menyerang dan mencederai hantu hantu tersebut. Lalu mereka menerbangkan Suri Ikun ke daerah yang berbukit-bukit tinggi. Dengan kekuatan gaibnya, Burung-burung tersebut menciptakan istana lengkap dengan pengawal dan pelayan istana.

Disanalah untuk selanjutnya Suri Ikun berbahagia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Artikel Lainnya:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...